Don't cry because it's over, smile because it happened.


HomeAboutFanficOneshots










Rilakkuma ♥

Annyeong ! I'm Opie , the owner of this Rilakkuma ♥ blog. Fell free to read my fanfics and oneshots. Just hover the header and click Fanfics.

WARNING ! COPYCATS ARE NOT ALLOWED.

Korilakkuma ♥



Kiiroitori ♥

© 2013 - Skins by IKA.
Big thanks to

Diyaa Dalam Hati Masih Ada Taman ( Part 10 )
written by Opie on Thursday 29 December 2011
0 Comments

Assalamualaikum ! Pe khabo ? Aii nk smbung Fanfic.. Jelly ?? pffft :p


' Kring ~~ Kring ~~ Kring~~ ' Kedengaran telefon berdering. Tanpa membuang masa , Haziq terus berlari menuju ke arah telefon itu. Dia cuma mengharapkan supaya tidak terjadi perkara yang tidak diingini. " Assalamualaikum. Siapa di sana ? " tanya Haziq sebaik sahaja mengangkat gangang telefon. " Waalaikummussalam , Haziq. Ini Tok Wali. " jawab panggilan di sebelah sana. " Oh , Tok Wali. Nek Biah sihat atau tidak ? " tanya Haziq sebaik sahaja mendengar suara Tok Wali yang garau itu. " Alhamdullilah. Nek Biah sudah sedar dari komanya. Tetapi.... " Tok Wali tidak menghabiskan jawapannya. " Tetapi apa Tok ? " Haziq bertanya dengan penuh debaran. " Nek Biah bisu.. " sambung Tok Wali. Haziq tergamam. Ganggang telefon yang tadi digenggam erat kini terlepas dari genggaman. Haziq terduduk. Menangis mengenangkan nasib nenek kandungnya itu. " Hello Haziq ? Haziq ada atau tidak ? " Haziq tidak melayan suara yang datang dari arah telefon itu. Menangis dan menangis.

Di hospital..
" Doktor , bila kawan saya ini boleh balik ke rumahnya ? " tanya Tok Wali kepada Dr. Ramli. " Keadaan Nabiah kini stabil. Dia boleh pulang ke rumahnya dalam 2 atau 3 minggu lagi. " jawab Dr. Ramli. " Alhamdullilah. Terima kasih doktor kerana menjaga kawan saya ini. Tetapi , tiada ubatkah yang boleh menyembuhkan suara kawan saya itu ? " tanya Tok Wali sekali lagi. " Maaf , kami tidak dapat menyembuhkan suara Nabiah. Harap maklum. " jawab Dr. Ramli. Tok Wali kecewa.


Di wad..
Nek Biah menulis sesuatu di atas kertas. Seperti kertas itu telah menggantikan suaranya. Selepas siap menulis , Tok Wali membacanya. ' Cucu aku macam mana ? Mereka sihat ? ' Tok Wali pun menjawab. " Mereka sihat , Alhamdullilah. Tetapi.... " Tok Wali tidak menghabiskan jawapannya itu. Sekali lagi Nek Biah menulis dan Tok Wali membacanya. ' Tetapi apa , Wali ? ' " Diyaa.. Diyaa di berhentikan sekolah. " jawab Tok Wali. Nek Biah tidak menulis. Digantikan dengan air mata. " Maafkan aku , Biah. Aku tidak pandai menjaga cucu engkau. " Tok Wali simpati. Nek Biah sambung menulis. ' Tidak mengapa , Wali. Aku yang menjaga mereka. Aku yang salah. ' tulis Nek Biah. " Maafkan aku... " Tok Wali berdegil..

3 minggu berlalu....
" Doktor , siapa yang bayar semua bil hospital ini ? " tanya Tok Wali. " Dengar khabar , pihak sekolah SK Bandar Sri Putra yang membayarnya. Encik tidak perlu risau. " jawab Dr. Ramli. " Alhamdullilah. Doktor , jika mereka datang , kirim salam dan saya berterima kasih. " Tok Wali menyimpan message kepada Dr. Ramli. " Insyaallah.. " sepatah sahaja Dr. Ramli menjawab. " Baiklah , Doktor. Saya mahu bertolak. Assalamualaikum. " Tok Wali memberi salam sebelum menggalkan hospital ini. " Waalaikummussalam.. " jawab Dr. Ramli.

Di rumah Tok Wali..

" Assalamualaikum , Haziq. " panggil Tok Wali. " Waalaikummussalam.. " jawab Haziq sambil membuka selak pintu rumah itu. Sebaik sahaja membuka pintu , " Nek ! " jerit Haziq sambil memeluk Nek Biah yang berada di kerusi roda itu. " Haziq rindu Nek.. Kenapa Nek tinggalkan Haziq sebulan ? " Haziq menangis. Nek Biah terus menulis di atas kertas yang menggantikan suaranya itu. ' Maafkan Nek sebab buat kamu rindu. Diyaa mana ? ' Nek Biah menukar topik. " Diyaa ada di dalam. Haziq panggilkan ya ? " Haziq megesat air matanya. Nek Biah sekadar mengangguk. Tok Wali yang dari tadi diam terus membawa Nek Biah naik ke rumahnya.

Sementara itu..
" Diyaa , engkau busy ? " dengan tidak memberi salam , Haziq bertanya. Terkejut Diyaa dibuatnya. " Tidak. Kenapa ? " jawab Diyaa. " Nek Biah sudah balik. Engkau tidak mahu jenguk dia ? " Haziq berkata spontan. " Dia di mana ? " tanya Diyaa. " Dia di ruang tamu. " pantas Haziq menjawab. Malas mahu melayan perempuan yang sudah menggores hati Nek Biah. " Okay. Terima kasih bagi information.. " jawab Diyaa lalu meninggalkan Haziq seorang diri di dalam bilik tumpangannya itu.


Di ruang tamu..
" Hai Nek. " Diyaa menyambut Nek Biah dengan selamba. Nek Biah sekadar melambai tangan. " Nek sihat ? " tanya Diyaa. Nek Biah menggangguk. " Kenapa Nek beri isyarat ? Sudah pekak atau bisu kah ? " Diyaa tidak menjaga mulutnya. Main lepas sahaja. " Diyaa ! " kata Tok Wali separuh menjerit. " Kenapa ? Saya tanya betul kan ? " Diyaa sekadar memberikan seyuman sinis. Nek Biah terus mencelah dengan memberikan isyarat jari di bibir. Tok Wali mengikuti arahan Nek Biah. Dia menulis di kertasnya. ' Nek tidak apa - apa. Nek cuma kekurangan. ' " Memang betul andaian saya. Nek memang sudah bisu ! Kasihan Nek. Mesti akan jadi buah mulut orang kampung. " Diyaa melepaskan kata - kata yang menyakitkan hati Nek Biah. Tok Wali tidak boleh berbuat apa - apa.

7 : 00 p.m..
" Tok mahu keluar sekejap. Ada hal. " jerit Tok Wali hampir menggegarkan rumah itu lalu keluar dari rumah itu. Maghrib Maghrib ini pun orang tua itu mahu keluar. Haziq yang dari tadi menjaga Nek Biah terkejut apabila Diyaa menegurnya. Bila dia masuk pun Haziq tidak pasti. " Masih mahu menjaga orang tua kerepot ini ? " Diyaa melepaskan kata - kata kesat. Sekali lagi membuatkan hati Nek Biah tergores. " Setua - tua dia pun dia jaga engkau juga ! " jerit Haziq. " Berani engkau ! Dia tidak jaga aku ! Dia menipu aku ! Ibu bapa aku pun dia tidak beritahu ! " lawan Diyaa ! " Tetapi dia telah menjaga engkau ! " lawan Haziq lagi. Nek Biah tidak tahan. Dia menguatkan kakinya untuk bangun tetapi lain yang jadi. Dia pengsan. " Engkau tengok sendiri ! Nek sudah pengsan gara - gara engkau ! " jerit Haziq. " Aku fade up dengan semua ini ! " jerit Diyaa. Dia melepaskan manteranya kepada Haziq. Haziq pengsan. Diyaa terus membuka pintu utama dan berlari lintang - pukang. Tiba - tiba , terdapat ramai orang mengelinginya. " Lepaskan aku ! " jerit Diyaa. Ustaz Ahmad , ustaz yang mengajar mengaji di kampung membaca ayat - ayat suci. Tiba - tiba , angin merah keluar daripada mulut Diyaa. Nek Biah dan Haziq pun turut serta. Ain yang menderita sakit akibat ditumbuk Diyaa tiba - tiba pulih.


Bersambung..

Labels:

Post a Comment